Lombok Tengah, kabarntb.id – Kota Praya yang selama ini dikenal religius dan berbudaya sopan, kini diambang kehilangan jati diri. Maraknya café remang-remang yang beroperasi hingga larut malam, bahkan menjajakan minuman keras bermerk dan oplosan, kian meresahkan warga.
Direktur Forum Peduli Pembangunan dan Pelayanan Publik (FP4) NTB, Lalu Habiburrahman, mengecam keras lemahnya pengawasan dari aparat penegak perda, terutama Satpol PP Lombok Tengah.
“Kami sangat kecewa melihat pembiaran ini. Praya bukan Las Vegas! Kota ini punya martabat dan nilai religius yang harus dijaga. Tapi justru kini dibiarkan ternoda oleh tempat-tempat maksiat berkedok café,” tegas Lalu Habiburrahman.
FP4 NTB menilai, banyaknya café remang-remang yang beroperasi terang-terangan menunjukkan adanya kelalaian bahkan potensi pembiaran terstruktur dari pihak berwenang.
“Kalau aparat masih diam, publik bisa menilai bahwa pembiaran ini disengaja bahkan ada indikasi dibekingi Satpol PP ini bukan hanya soal hiburan malam, tapi sudah menyangkut kehancuran moral dan masa depan generasi muda,” ujarnya dengan nada keras.
Habiburrahman meminta Satpol PP dan Pemerintah Daerah Lombok Tengah segera mengambil langkah nyata dengan menutup semua café remang-remang yang menjual minuman keras dan melakukan aktivitas yang melanggar norma sosial serta agama.
“Jangan tunggu masyarakat turun tangan. Kalau dalam waktu dekat tidak ada tindakan tegas, FP4 bersama elemen masyarakat siap turun ke lapangan menuntut penegakan aturan,” tegasnya.
Menurut FP4 NTB, kondisi ini bukan hanya mencederai wibawa pemerintah daerah, tetapi juga mengguncang citra Kota Praya sebagai kota religius dan beradab.
“Jangan biarkan generasi kita tumbuh di tengah aroma alkohol dan lampu remang-remang. Sudah cukup! Saatnya pemerintah menunjukkan keberanian dan komitmen moral untuk menegakkan marwah daerah ini,” tutupnya.






